Jumat, 01 Juni 2012

Tugas Softskill Korupsi

KORUPSI Kehadiran lembaga nirlaba ini begitu penting dalam memberantas penyakit kronis dinegeri ini. Banyak kasus korupsi terbongkar atas jerih payah mereka. Tak sedikit pejabat publik bolak-balik masuk pengadilan dan merasakan dinginnya sel tahanan. Tekanan yang datang silih berganti seperti tak pernah dirasakan. Dipundak anak-anak muda inilah sebagian harapan ditumpukan. Jumlah mereka tak jelas, mungkin ratusan, bisa juga ribuan. Tersebar dari kota besar sampai pelosok desa. Pada awalnya mereka berangkat dengan satu semangat: peduli terhadap ancaman jahat praktek korupsi, yang dari tahun ke tahun seperti tak kunjung surut. Belakangan memang tak sedikit LSM yang ternyata Cuma mencari keuntungan sesaat atau paling tidak batu loncatan atau pengurusnya masuk partai politik. Dengan niat baik inilah rapat redaksi pada pekan pertama Oktober lalu memutuskan memilih LSM antikorupsi terbaik sebagai tema liputan khusus Tokoh Tempo 2011. Dalam diskusi singkat menjelang makan siang seusai rapat perencanaan, tema ini menyisihkan usul lain yang sempat muncul, seperti jaksa dan polisi terbaik. Mereka diharapkan bisa menjadi “anjing pengawas” para pengelola anggaran Negara. Indonesia Corruption Watch (ICW). Didirikan ditengah euphoria reformasi, 21 Juni 1998, lembaga ini dinamai Komisi Masyarakat untuk penyelidikan Koprupsi. Sejumlah aktivis antikorupsi menjadi pendiri , dianataranya Teten Masduki, Bambang Widjojanto, dan Marsillam Simanjuntak. Pada tahun awal, ICW lebih berkonsentrasi membangun model, mereka membongkar sejumlah sekandal korupsi kakap. Sebagian sudah diputus pengadilan, tapi tak jarang juga yang dihentikan. Seperti: 11 Februari 2011 yaitu dugaan pengembangan biaya diplomat dilaporkan kejaksaan Agung sebagian pelaku sedang disidang. Satu orang telah divonis. Demikianlah, pembaca. Sejak memulai liputan hingga tulisan ini diturunkan, kami sadar bahwa pilihan ini tidak sempurna. Bisa saja, setelah 7 lembaga nirlaba antikorupsi ini nobatkan sebagai Tokoh Tempo 2011, terkuak noda dari mereka yang terpilih. Atau sebaliknya, ada lembaga yang lebih layak dipilih tapi input dari radar kami. Namun, seperti prinsip dasar yang kami pahami, kebenaran dalam sekuel tertentu bisa berubah ketika waktu menunjukan hal sebaliknya. Nyaris mati pada 2006 karena dana cekak, solidaritas masyarakat untuk transparansi tetap hidup berkat piawai mengelola keuangan, aktivisnya banyak yang menyambi jualan ternak dan kain, sudah pasti godaan datang dan pergi bagi para aktivis somasi. Tawaran suap, uang, barang, dan seks yang disorongkan pejabat adalah hal yang jamak. “ ada yang menyodorkan kunci mobil” kata Hendriadi. Ancaman kekerasan dan intimidasi juga silih berganti. Syukurlah, somasi bisa ditahan. “kami bekerja dengan bismillah,” kata Ervyn. Idealisme dan tuntutan hidup potret mendung kondisi para aktivis di Jikalahari dengan penghasilan pas-pasan, mereka hidup dengan idealism. Bukan hanya mendung beberapa aktivis lainnya juga “menyerah” kepada kebutuhan hidup. Ada yang keluar dan menjadi pegawai negri di Kepulauan Natuna, ada juga yang bergabung dengan partai politik atau menjadi pengusaha, “ kami tidak bisa memaksa. Itu pilihan mereka” kata koordinator JikalahariMuslim Rasyid. Anggota Jikalahari adalah anak-anak muda yang sudah akrab dengan alam sejak duduk dibangku kuliah. Sebagian besar mereka dari mantan anggota mahasiswa pencipta alam bergabung dengan jikalahari. Hal inilah yang menguntungkan jikalahari. “ Regenerasi bisa berjalan karena ada adik-adik,” kata Muslim. Jejak mereka itu yaitu pada tahun 2008: melaporkan korupsi diBank NTB periode 2007-2009, meliputi korupsi penyaluran kredit Rp 28,4 miliar, honor pengurus Bank NTB periode 2003-2007 Rp 1,6 miliar. Bayangkan betapa gerahnya sang kontraktor, setiap jengkal pengaspalan jalan disebuah desa terus menerus dipelototi penduduk. Bila suatu titik jalan menyempit, biarpun Cuma 1 sentimeter, orang-orang segera berseru. “ini pasti korupsi” kalau sudah begini, pengaspalan mesti diulang sampai lebar jalan sama persis. Pos pengaduan Korupsi, yang tadinya ada dirumah Ismail dan Nurkamah, kini pindah ke Balai Desa Bagu, menyatu dengan ruang perpustakaan desa. Mungkin lantaran lebih nyaman, penduduk masih sering datang ke rumah ismail atau nurkamah untuk mengadu. Yang paling sering diadukan adalah program beras untuk rakyat miskin. Daya kritis memang telah tumbuh diBagu. “kami tidak bisa ditipu lagi,” kata nurkamah. Pada intinya, KORUPSI adalah gejala. Penyakitnya adalah minimnya integrasi. Pendidikan integritas itu dilakukan bukan melalui teori dan wejangan. Integritas diajarkan lewat contoh, keteladanan. Pemimpin harus menjadi contoh manusia berinteg. Rumah tangga harus menjadi pilar membangun manusia berintegritas. Orang tua harus belajar mempratekkan kehidupan dirumah yang bertumpu pada karakter manusia berintegritas. Selain itu, makin hari makin jelas bahwa korupsi yang dilakukan kaum terdidik itu dahsyat. Kaum terdidik tidak hanya melakukan korupsi karena kebutuhan, tapi justru sering keserakahan. Fenomena ini seakan-akan mengirimkan pesan pahit: dunia pendidikan menjadi penyuplai koruptor. Peperangan melawan korupsi pun harus dilakukan secara kolektif. Rakyat bisa menjadikan kamera ditelepon selulernya sebagai bamboo runcing masa kini. Pantau dan monitor praktek korupsi dimanapun. Jadikan seluruh Indonesia sebagai wilayah yang tak bersahabat bagi para korupsi. Lembaga antikorupsi diberbagai daerah menjadi wadah dan wahana menampung hasil pemantauan public. Partisipasi rakyat dalam mengawasi keseharian pejabat publik bisa jadi salah satu intrumen penting melawan korupsi. Disisi lain, meratanya korupsi ini mengirimkan pesan yang sangat menggangu. Keluarga dan rumah di Nusantara ini ternyata menghasilkan orang-orang yang berintegritas. Yang sangat mengerikan adalah ketika keluarga justru menjadi pelindung praktek dan hasil korupsi. Sungguh sangat mengganggu akal sehat dan akal budi ketika praktek korupsi dihalalkan dan dilindungi didalam keluarga. Republik ini akan bisa jauh lebih maju dan sejahtera bila praktek korupsi segera dipandang sebagai praktek primitive. Perjuangan semesta membangun integritas dan melawan korupsi harus dimulai. Setiap rumah tangga harus menjadi pilar utama hadirnya integritas. Sekolah dan kampus harus dijadikan zona bebas korupsi. Dan munculnya penggalangan dukungan bagi hadirnya lembaga antikorupsi dihampir seluruh wilayah diIndonesia. Kita perlu sadar bahwa secara kontitusional, memerangi korupsi adalah tugas KPK, tapi secara moral, memerangi koprupsi adalah tugas setiap warga Negara. Nama : Putri Wulansari Kelas : 2EA03 NPM :19210316